Desa Wisata Budaya Giyanti, Kadipaten, Rakanan Njanti dan Wisuda Lengger Sebagai Warisan Budaya
Keterangan
Di Kabupaten Wonosobo, tradisi bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga jembatan antara generasi yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Salah satu tradisi yang kaya makna adalah Rakanan Giyanti, sebuah ritual adat yang digelar oleh masyarakat Desa Giyanti. Acara ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil bumi, keharmonisan hidup, dan keseimbangan dengan alam.
Rakanan Giyanti berakar pada budaya agraris masyarakat Wonosobo, yang sejak dahulu hidup berdampingan dengan alam. "Rakanan" berasal dari kata "rakan," yang berarti teman atau sahabat. Filosofi ini mencerminkan semangat gotong royong, kebersamaan, dan persahabatan antara manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan alam. Rakanan Giyanti biasanya digelar setiap tahun, bertepatan dengan musim panen raya. Acara ini dimulai dengan doa bersama di balai desa, dipimpin oleh tokoh adat atau pemuka agama. Setelah itu, prosesi berjalan menuju tempat utama pelaksanaan ritual, yang sering kali berada di tengah sawah atau area terbuka yang mewakili alam.
Tahapan utama Rakanan Giyanti meliputi:
1. Arak-arakan Hasil Bumi
Penduduk membawa hasil panen seperti padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan, yang dihias dengan indah. Hasil bumi ini diarak menuju lokasi upacara sebagai simbol rasa syukur atas berkah alam.
2. Tari Tradisional
Tarian khas Wonosobo, seperti Lengger, menjadi bagian penting dari acara. Tarian ini diiringi gamelan tradisional yang menciptakan suasana sakral dan meriah. Para penari, dengan busana warna-warni, menggambarkan harmoni antara manusia dan alam.
3. Doa dan Persembahan
Persembahan hasil bumi kepada alam dan doa bersama menjadi inti acara. Persembahan ini mencerminkan penghormatan kepada bumi yang telah memberikan kehidupan.
Jamuan Tradisional
Setelah ritual, masyarakat desa berkumpul untuk menikmati hidangan tradisional bersama. Ini adalah momen kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga.
Rakanan Giyanti bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam. Dalam setiap langkah prosesi, masyarakat Desa Giyanti mengajarkan bahwa hidup selaras dengan alam adalah kunci keberlanjutan.
Melalui tradisi ini, Desa Giyanti tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga mengundang masyarakat modern untuk merefleksikan hubungan mereka dengan alam. Rakanan Giyanti adalah undangan untuk bersyukur, berbagi, dan menghormati kehidupan yang telah diberikan oleh alam.
b. Wisuda Lengger
Tari Lengger adalah seni tari tradisional yang tumbuh subur di wilayah Wonosobo dan sekitarnya. Tarian ini dulunya dimainkan oleh laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan, sebagai simbol keseimbangan antara maskulinitas dan feminitas. Namun, seiring waktu, Lengger berkembang menjadi seni yang dapat ditarikan oleh siapa saja.
Tarian ini diiringi oleh alunan gamelan tradisional, seperti gong, kendang, dan saron. Gerakannya lemah gemulai namun penuh energi, mencerminkan keindahan dan harmoni hidup. Tari Lengger juga memiliki filosofi mendalam, yaitu mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan serta penghormatan terhadap alam dan leluhur.
Makna Wisuda Lengger
Wisuda Lengger di Desa Giyanti adalah prosesi sakral yang menandai kelulusan seorang penari Lengger setelah melalui pelatihan intensif. Acara ini menjadi simbol kelanjutan warisan budaya sekaligus pengakuan atas dedikasi para penari yang telah mempelajari seni ini dengan sungguh-sungguh.
Dalam prosesi wisuda, penari Lengger yang diwisuda akan tampil menunjukkan kebolehannya di hadapan masyarakat dan tokoh adat. Mereka tidak hanya diuji keterampilan menari, tetapi juga pemahaman mereka tentang filosofi Lengger dan nilai-nilai budaya lokal.
Rangkaian Acara Wisuda Lengger
Pembekalan Penari: Sebelum wisuda, peserta mendapatkan pembekalan teori tentang sejarah, nilai filosofis, dan etika tari lengger, serta pelatihan gerakan dan cara berbusana yang benar.
Lengger Mutih: Para calon penari menjalani puasa mutih selama tiga hari sebagai bentuk penyucian diri dan persiapan spiritual.
Punjung Leluhur: Ziarah ke makam tokoh adat dilakukan untuk memohon restu leluhur, disertai dengan wejangan sebagai bekal moral dan spiritual.
Jamasan Penari: Ritual mandi dengan air jamasan yang dicampur bunga kembang leson untuk simbol penyucian diri sebelum puncak acara.
Larung Sesaji: Persembahan sesaji dilarung di tempat tertentu sebagai bentuk syukur kepada alam dan penghormatan kepada kekuatan tak kasat mata.
Prosesi Wisuda: Penari resmi dinobatkan menjadi bagian dari komunitas seni lengger melalui prosesi yang khidmat.
Pentas Lengger Lintas Zaman dan Menari Sekampung: Penampilan tari kolosal yang melibatkan penari dari berbagai generasi, diakhiri dengan ajakan kepada seluruh masyarakat untuk menari bersama.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari masyarakat lokal hingga wisatawan, dan menjadi daya tarik utama yang memperkenalkan kekayaan budaya Wonosobo kepada dunia. Selain itu, wisuda lengger juga menjadi platform regenerasi penari lengger muda yang diharapkan mampu melestarikan tradisi ini di masa depan.
Jika Anda tertarik untuk mendalami pengalaman budaya ini, kunjungi Desa Wisata Giyanti pada waktu pelaksanaan wisuda lengger untuk menyaksikan langsung pesona tari lengger dan ritual-ritualnya yang sarat makna.